ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Wanita cantik ini bernama Serda Khotim. Khotim yang mungkin masih terbilang belia ini adalah seorang tentara wanita dari Matra Udara TNI. Padahal menjadi tentara itu amat berat, tapi wanita cantik yang juga seorang pramugari VVIP militer ini mampu menjalani semua itu dengan baik.
Khotim adalah anak pertama dari tiga bersaudara cantik jelita yang lahir dari keluarga yang bersahaja. Kedua orang tua Khotim tidak memiliki latar belakang tentara, namun dua dari tiga anak gadisnya memilih untuk mengabdi sebagai tentara dan Polisi. Sedangkan si bungsu masih duduk di bangku sekolah.
Tapi apa yang membuat gadis manis ini tertarik menjadi tentara? Alkisah, sejak kecil sudah menjadi pemandangan yang biasa Khotim lihat para tentara Angkatan Darat hilir mudik melewati lingkungan rumahnya. Dengan gagahnya para tentara itu berjalan, sehingga Khotim yang ketika SD hingga SMP bercita-cita menjadi dokter akhirnya membulatkan tekad untuk menjadi tentara ketika duduk di bangku SMA.
“Sebenarnya kalau milih AU (Angkatan Udara) bukan tujuan saya langsung, dulu itu di desa saya adanya cuma Angkatan Darat dan Polisi. Tahun 2012 habis lulus SMA saya daftarnya Angkatan Darat karena AU itu kan enggak paham waktu itu,” tutur Khotim kepada Angkasa beberapa waktu lalu.
Ketika mendaftar untuk mengikuti ujian seleksi di TNI Angkatan Darat (AD), ia bertemu dengan seorang kawannya. Namun sayangnya mereka berdua gagal. Tak putus semangat, Kawannya mengajak Khotim untuk mengikuti ujian seleksi di TNI AU. Namun saat itu tak lantas langsung diiyakan oleh Khotim, ia butuh waktu mempertimbangkan ajakan kawannya itu.
Tapi aku masih mikir-mikir. Kalau Angkatan Darat, penempatan bisa dekat dengan rumah, kan bisa di Koramil, bisa di Kodam. Kalau Angkatan Udara kan di kota-kota besar, jadi kan enggak bisa pulang, karena enggak dekat dengan rumah,” ungkap gadis yang hobi olahraga lari dan renang ini.
Waktu terus berjalan, Khotim pun masih terobsesi dengan keinginannya menjadi tentara. Namun ia harus bersabar menunggu waktu pembukaan ujian seleksi itu serta berlatih dan belajar lebih keras lagi untuk menggapai cita-citanya itu.
Sambil menunggu datangnya waktu yang dinanti, pada tahun 2013 gadis manis ini sempat melanjutkan pendidikannya di bangku kuliah selama beberapa semester sebelum akhirnya ia ikut dalam seleksi yang dibuka TNI AU pada tahun 2014. Akhirnya pada kesempatan ini Khotim berhasil lulus pada ujian seleksi di TNI AU. Namun sayang, kawannya tak seberuntung dirinya.
Keinginan untuk menjadi tentara pun terbayar sudah, meski bukan di TNI AD. Tahap selanjutnya ia pun harus menjalani pendidikan kemiliteran awal (Pendidikan Pertama/Dikma) selama lima bulan di Skadron Pendidikan 105 Wara (Wanita Angkatan Udara) di Kaliurang, Jogjakarta.
“Masuk TNI AU dalam keadaan yang enggak ngerti apa-apa terus ikut pendidikan lima bulan. Pas Dikma itu benar-benar kaget, abis upacara langsung ada banyak suara tembakan, terus kaya suara bom-bom gitu,” jelasnya sambil mengingat indahnya saat pendidikan dulu.
Lanjut ia bercerita, setelah itu ditanyain,’siapa yang mau keluar dari tentara?’ Ia akui, sempat memang terpikirkan pada saat itu dirinya ingin keluar. Namun ia coba menenangkan diri dan berpikir kembali.
“Banyak kok teman-teman aku yang ingin jadi tentara tapi enggak bisa. Akhirnya ya sudah, aku jalanin saja, toh juga bareng-bareng. Lima bulan enggak terasa, benar-benar enggak terasa,” terang gadis bersuara lembut ini.
Tak terasa lima bulah telah berlalu dengan begitu cepat. Pada 30 September 2014, ia bersama Wara lainnya yang menjalani pendidikan itu kemudian dilantik. Setelah pelantikan cuti seminggu, lanjut lagi ke Skadron Pendidikan 503 di Bogor untuk Sekolah Kejuruan Bintara lanjutan pendidikan Korps Keuangan yang juga selama lima bulan.
“Setelah lulus dari Bogor langsung ada seleksi pramugari bulan Maret 2015. Sebenarnya enggak minat juga masuk pramugari, karena berdasarkan Surat Perintah memang semua Wara wajib masuk pramugari, terus saya ikut seleksi itu dan lulus,” kata Khotim.
Walau pun telah lulus seleksi pramugari VIP militer, tak lantas ia dan Wara lainnya yang lulus langsung dapat terbang. Khotim dan Wara lainnya harus menjalani pendidikan kembali namunbukan di instirusi militer. Khotim melanjutkan ke sekolah pramugari akhir Maret 2015 di GITC (Garuda Indonesia Training Center) selama tiga bulan.
“Setelah itu selama dua bulan saya training di Skadron Udara 17 Halim Perdanakusuma. Kalau di GITC kan belajar pramugarinya, kalau di Skadron 17 itu belajar tentang pesawatnya.
Berbeda dengan GITC yang hanya memiliki satu pabrikan pesawatnya, yakni Boeing walau berbagai macam serinya. Di Skadron 17 terdapat bermacam-macam pabrikan pesawat yang harus Khotim pelajari dan kuasai.
“Ada Boeing, CN295, Hercules dan Fokker. Kan beda-beda nih, nah kita harus belajar dan harus menguasai keempat pesawat itu. Nah di Skadron 17 karena ada empat pesawat, dipelajarin misalnya emergency tiap pesawatnya,” tutur gadis yang juga hobi dengan olahraga bulutangis ini.
Pengalaman pertama Khotim terbang dinas sebagai pramugari VIP pada Desember 2015 dengan menggunakan pesawat Boeing. Untuk terbang dinas sebagai pramugari VIP, baru ia alami dengan dua pesawat yakni Boeing dan CN295.
Di Skadron 17 pramugari terbagi menjadi dua, yakni untuk pesawat penerbangan VIP dan pesawat penerbangan VVIP atau RI 1. Semua pramugari di Skadron 17 awalnya dari penerbangan VIP. Dengan peniliaian tertentu yang dilakukan oleh Skadron 17, seorang pramugari VIP baru bisa untuk masuk ke RI 1. Khusus untuk penerbangan VVIP ini tidak semua pramugari bisa pindah ke penerbangan VVIP/RI 1.
“Saya kan masih baru dan Alhamdulillah bisa ke VVIP. Pertama kali terbang itu 14 November 2016 dan ke dua itu 10 Desember 2016. Tapi belum sempat untuk terbang VVIP lagi saya sudah keburu dinas di tempat baru,” ungkapnya
Khotim terakhir terbang (sementara) dinas pada 8 Januari 2017, namun untuk penerbangan VIP bukan VVIP.
Baginya, terbang yang paling berkesan adalah ketika ia terbang bersama rombongan menteri menggunakan pesawat CN295. Seakan mengisi waktu luang, ditengah-tengah penerbangan penerjun Paskhas melakukan atraksi penerjunan yang disaksikan langsung oleh para penumpang dan awak kabin.
“Saya benar-benar lihat dengan mata kepala sendiri penerjunnya itu loncat dari ramp door pesawat. Yang biasanya cuma lihat dari bawah, nah saat itu saya lihat langsung, keren banget,” ungkapnya dengan penuh rasa kagum.
Dari kisah singkatnya yang ia ceritakan kepada Angkasa, ia mengambil kesimpulan yang ia jadikan sebagai intisari perjalanan hidupnya. Menurutnya, hidup itu biarkan saja mengalir seperti air dan jangan terlalu dipaksakan.
“Jadi menurut saya hidup ya mengalir saja seperti air, enggak usah terlalu dipaksakan. Kalau terlalu dipaksa, hasilnya kadang suka berbeda dengan keinginan kita. Sampai akhirnya saya bingung juga, kok bisa saya di sini? Seperti mimpi,” pungkasnya. (Fery Setiawan/Angkasa.co.id)
TRIBUNJAMBI.COM -
0 Response to "Khotim, Pramugari VVIP Militer, Senyumnya Aduhai"
Posting Komentar